28.5.10

Terorisme Nuklir

Saat ini, nuklir menjadi salah satu “barang” penting yang ada di dunia. Keberadannya diperebutkan dan menimbulkan persaingan antar negara-negara di dunia ini. Nuklir merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak, yang ketersediannya mulai menipis. Tak hanya berfungsi sebagai pembangkit listirik, yang memiliki kekuatan dahsyat, nuklir juga digunakan sebagai senjata. Bahkan menjadi senjata pemusnah massal. Senjata yang dengan mudah akan melenyapkan makhluk hidup dalam jangkauan luas dengan hanya beberapa gram saja.

Kegunaan nuklir yang terakhir disebut ternyata disalahgunakan untuk kepentingan pribadi oleh pihak-pihak tertentu yang tidak ber-peri kemanusiaan. Orang-orang ini bisa saja merupakan negara pemilik reaktor nuklir tersebut atau merupakan pihak luar. Orang-orang inilah yang saya sebut sebagai teroris.

Solusi yang dapat saya tawarkan untuk kasus ini adalah sebaiknya negara-negara di dunia ini membuat suatu kesepakatan jelas mengenai nuklir ini. Menurut saya, persoalan pokok mengenai nuklir adalah kesenjangan antara negara-negara yang boleh menggunakan energi nuklir dengan negara-negara yang dilarang menggunakan energi nuklir. Hal ini diperkuat dengan ketidakjelasan syarat yang harus dipenuhi apabila ingin menggunakan nuklir. Sebagai contoh, Amerika Serikat dan Perancis yang telah menggunakan energi nuklir sedangkan ketika Korea Utara, Iran, dan Pakistan hendak mengembangkan teknologi berbasis nuklir untuk kepentingan masyarakat luas ditentang habis-habisan oleh dunia, khususnya Amerika Serikat dengan alasan akan mengganggu stabilitas keamanan dunia. Kesenjangan itu memicu rasa iri dan kemudian berubah menjadi vandalisme dan akhirnya menebarkan teror terhadap pengguna teknologi nuklir.

Selain solusi diatas, hal yang harus dipupuk di dalam hati seluruh negara-negara di dunia ini adalah kepercayaan terhadapa satu sama lain. Mengapa Amerika Serikat menentang Korea Utara atau Iran mengembangkan teknologi nuklir mereka? Karena Amerika Serikat tidak percaya Korea Utara dan Iran akan menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan yang baik, melainkan untuk mengganggu stabilitas keamanan dunia, atau bahkan untuk menyerang mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap saling percaya antar negara-negara tersebut. Kepercayaan ini dapat dibuat dengan kesepakatan yang dibuat dengan hitam-diatas-putih oleh negara-negara tersebut dengan konsekuensi yang tertulis jelas apabila terjadi pelanggaran. Peran para pemimpin bangsa dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa amat dibutuhkan dalam terwujudnya kesepakatan ini.

No comments: