22.11.08

entah mengapa, hasrat untuk menulis sedang padam.
semoga nanti kalo internet udah dipasang di kost bisa eksis lagi.
amiin.

1.9.08

10 Elemen Jurnalisme

1. Menyampaikan Kebenaran
Dalam jurnalisme, kebenaran merupakan hal yang penting. Karena hal inilah yang membedakannya dengan gosip. Kebenaran yang dimaksud disini adalah kebenaran yang bersifat fungsional, yaitu kebenaran yang berlaku pada waktu tertentu.
Contoh : di tahun 2000, Pluto masih merupakan planet dalam tata surya kita.
Di tahun 2008, Pluto sudah bukan merupakan planet.
Keduanya merupakan kebenaran yang bersifat fungsional. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

2. Memegang Kepercayaan Publik
Sebagai seorang jurnalis, kita harus memegang kepercayaan publik. Kita harus mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan bisnis.

3. Disiplin Verifikasi
Verifikasi merupakan salah satu hal yang membedakan jurnalisme dengan fiksi, hiburan, atau propaganda. Berikut adalah tata cara verifikasi yang dianjurkan :
· Bersikap skeptis
Maksudnya adalah tidak mudah percaya dengan segala sesuatu yang dikatakan oleh sang narasumber. Tetapi bukan berarti berprasangka buruk, hanya waspada.
· Memeriksa akurasi
Kita harus melakukan check and re-check terhadap apa yang dikatakan oleh narasumber, tidak serta-merta menuliskan langsung semua perkataannya.
· Jangan berasumsi
Semua yang kita tulis dan publikasikan haruslah sesuai dengan fakta yang ada.

4. Independen
Menjadi seorang wartawan haruslah independen. Yang dimaksud dengan netral adalah tidak boleh mau “disetir” oleh sang narasumber. Kita harus berani mengatakan tidak untuk hal-hal seperti ini.

5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Rakyat
Memantau kekuasaan bukan berarti melukai orang yang berkehidupan nyaman. Bukan pula beranggapan bahwa si kaya pasti jahat dan si miskin selalu ditindas. Salah satunya adalah dengan cara Investigative Reporting. Maksudnya adalah melakukan investigasi pada suatu topik tertentu, biasanya pencarian materi tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, perlu riset dan banyak sumber tergantung pada ukuran dan cakupan investigasi tersebut.

6. Menjadi Forum Publik
Saat jurnalisme terbit, para pembaca pasti memiliki reaksi-reaksi yang berbeda. Akan ada komentar-komentar yang dilayangkan. Maka, mengapa jurnalisme perlu menjadi forum publik? Jawabannya adalah sebagai penyalur aspirasi rakyat. Perlu diketahui pula, bahwa pers juga merupakan pilar keempat dari demokrasi. Untuk itulah, perlu ada wadah penampung aspirasi masyarakat, dalam hal ini jurnallisme sebagai forum public.

7. Memikat dan Relevan
Untuk membuat sebuah laporan mennjadi memikat dan relevan diperlukan bahasa yang sederhana dan tepat sasaran. Jangan bertele-tele dan gunakan bahasa yang mudah dimengerti, tanpa perlu menggunakan ungkapan-ungkapan yang “melangit”.

8. Proporsional dan Komprehensif
Berita-berita yang proporsional dan komperehensif dapat didefinisikan sebagai berita yang tidak memihak ataupun menjatuhkan salah satu pihak yang kita beritakan. Janganlah kita beropini terhadap apa yang kita tulis. Tuliskanlah fakta dan biarkan masyarakat yang menilai sendiri.

9. Berhati Nurani
Bagaimana hati nurani bisa berperan dalam tulisan yang dibuat seseorang?
Caranya adalah dengan cukup bertanya terhadap narasumber apa yang kita butuhkan. Jangan pernah tanyakan sesuatu yang pribadi atau tidak ada hubungannya untuk dipublikasikan dalam berita yang akan kita tulis.

10. Peran Serta Masyarakat
Zaman sekarang, masyarakat juga memiliki hak dan tanggung jawab ketika kita berbicara masalah pemberitaan. Masyarakat berhak untuk beropini dan memilah mana yang terbaik bagi mereka.

27.7.08

Berusaha Menulis Kembali

Alhamdulillah, bangku SMA telah ditinggalkan.
sekarang, bangku kuliah sudah didapat.
tinggal mempertahankan bangku tersebut.

Semoga, blog ini bisa eksis lagi setelah sempat 'mati suri'.

7.5.08

Ketika Puisi dan Prosa Saling Bertaut

Judul : Matahari Diatas Gilli
Penulis : Lintang Sugianto
Penerbit : Republika
Cetakan : II, September 2007
Tebal : vi + 547 halaman



Sebuah novel yang mengisahkan kehidupan seorang perempuan bernama Suhada yang memiliki kepedihan hati amat mendalam di masa lalu, karena ternyata, Mamak yang selama tujuh tahun mengurusnya bukanlah ibu kandungnya. Di masa kecilnya itu pula, ia tak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Kemudian ia harus rela menjalani kehidupan menjadi pembantu rumah tangga di kota agar bisa mengenyam pendidikan hingga lulus SMA. Cerita berlanjut dengan hadirnya Suamar –seorang pemuda dari Pulau Gilli- dalam kehidupan Suhada. Mereka menikah dan hidup di Pulau Gilli, sebuah pulau kecil dengan panjang sekitar satu setengah kilometer dengan lebar lima ratus meter yang terletak di sebelah Barat kota Probolinggo, bersama dengan Pak Lurah, Bu Lurah, Pak Haji, Umi, Buk No, penduduk dan anak-anak Gilli yang berjumlah 6.800 jiwa.

Di Pulau Gilli inilah, konflik mulai bergulir satu per satu. Dimulai dari kegigihan Suhada dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak Gilli yang tidak diperkenankan untuk bersekolah oleh para orangtua mereka. Lalu, dilanjutkan dengan hukum adat Gilli yang bertentangan dengan akal pikirannya. Ditambah lagi dengan kepergian Suamar untuk mencari nafkah ke pulau seberang ketika dirinya sedang hamil. Semua itu belum ditambah dengan kesedihan hati yang dialami oleh Buk No, keinginan orang tua Suamar yang menginginkan anak semata-wayangnya itu tetap tinggal di Pulau Gilli, kebencian penduduk Gilli terhadap Suhada yang merupakan pendatang baru, dan semua itu ditutup akhir cerita yang mengejutkan, benar-benar sulit ditebak.

Lintang Sugianto, yang memiliki latar belakang sebagai penulis puisi, menulis Matahari Diatas Gilli dengan pemilihan diksi yang amat beragam, terlihat dari banyaknya istilah-istilah yang dipakai. Selain itu penggunaan majas metafora yang selalu digunakan untuk menggambarkan sesuatu, dan penyisipan puisi-puisi indah yang begitu melukiskan perasaan yang dialami sangat membangun suasana yang sedang terjadi dalam cerita tersebut ditambah lagi dideskripsikan dengan sangat detail. Membuat kita larut dan hanyut terbawa dalam suasana. Satu hal yang menarik adalah Mbak Lintang tidak hanya menggambarkan keresahan hati akan sesuatu dari sudut pandang Suhada, tetapi juga tokoh-tokoh yang lain.

Di satu sisi, hal diatas menyebabkan novel ini begitu emosional dan sangat mengagumkan. Gaya menulis Mbak Lintang sangat indah, menghanyutkan dan puitis.

Di sisi lain, dilihat dari kacamata remaja pada umumnya, hal tersebut membuat kita letih dengan banyaknya puisi yang ada, ditambah dengan bahasa yang begitu ”berat” sehingga cenderung membosankan dan kehilangan nilai prosanya karena terlalu didominasi oleh bahasa puisi. Menurut saya novel ini tidak cocok bagi kita, para remaja pada umumnya, karena bahasa yang digunakan agak ”berat” , penggunaan istilah yang sedikit membingungkan, pengandaian yang bertele-tele dan gaya bahasa yang terlalu puitis, sehingga otak kita perlu berpikir lebih keras untuk mencerna makna yang terkandung dari novel ini. Akhirnya, berujung pada kebosanan dan rasa kantuk yang dahsyat.

Selain itu, banyak terdapat penulisan kata-kata yang tidak baku seperti syahwad, parabot, dan simbul. Kata-kata diatas seharusnya ditulis syahwat, perabot, dan simbol. Entah kesalahan dalam pengetikan, ataupun ada alasan lain, tetapi tetap saja hal itu cukup mengganggu.

Bagaimanapun juga tak dapat dipungkiri bahwa novel ini sarat akan makna. Sebagai novel yang mengusung tema sosial dan cinta, yang terselip pula nasionalisme yang begitu menggugah semangat, dan nilai pendidikan, novel ini sangat menginspirasi.

Novel ini mengajarkan pada kita bahwa harus bersyukur kepada Tuhan atas segala yang telah kita dapat, terutama masalah pendidikan, ternyata masih ada saudara sebangsa kita yang belum bisa mengenyam pendidikan seperti kita. Selain itu, yang paling esensial adalah novel ini memuat pesan untuk selalu menghormati adat-istiadat sesuai dengan tempat kita berada, sebagaimana makna dari pepatah ”Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”.

Bagi para remaja yang mengharapkan bacaan ringan dengan bahasa yang sederhana untuk mengisi waktu luang, tampaknya novel ini takkan pas untuk anda. Akan tetapi, apabila anda tetap ingin membacanya, niscaya pengorbanan anda takkan sia-sia, karena novel ini amat sarat akan makna. Bagi para pencinta puisi, penggila sastra, dan pemuja sesuatu yang puitis, novel ini amat cocok untuk dibaca. Selamat buat Mbak Lintang, yang telah membuat sebuah novel yang amat indah dan bermakna.

20.1.08

Blog Baru

Akhirnya setelah berkecimpung di friendster's blog, saya melebarkan sayap di blogger ini.
Tetapi, untuk sekarang kayaknya masih vakum. Maklumlah, persiapan UN + SPMB.
Mohon doanya. Makasih.