Saat ini, nuklir menjadi salah satu “barang” penting yang ada di dunia. Keberadannya diperebutkan dan menimbulkan persaingan antar negara-negara di dunia ini. Nuklir merupakan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak, yang ketersediannya mulai menipis. Tak hanya berfungsi sebagai pembangkit listirik, yang memiliki kekuatan dahsyat, nuklir juga digunakan sebagai senjata. Bahkan menjadi senjata pemusnah massal. Senjata yang dengan mudah akan melenyapkan makhluk hidup dalam jangkauan luas dengan hanya beberapa gram saja.
Kegunaan nuklir yang terakhir disebut ternyata disalahgunakan untuk kepentingan pribadi oleh pihak-pihak tertentu yang tidak ber-peri kemanusiaan. Orang-orang ini bisa saja merupakan negara pemilik reaktor nuklir tersebut atau merupakan pihak luar. Orang-orang inilah yang saya sebut sebagai teroris.
Solusi yang dapat saya tawarkan untuk kasus ini adalah sebaiknya negara-negara di dunia ini membuat suatu kesepakatan jelas mengenai nuklir ini. Menurut saya, persoalan pokok mengenai nuklir adalah kesenjangan antara negara-negara yang boleh menggunakan energi nuklir dengan negara-negara yang dilarang menggunakan energi nuklir. Hal ini diperkuat dengan ketidakjelasan syarat yang harus dipenuhi apabila ingin menggunakan nuklir. Sebagai contoh, Amerika Serikat dan Perancis yang telah menggunakan energi nuklir sedangkan ketika Korea Utara, Iran, dan Pakistan hendak mengembangkan teknologi berbasis nuklir untuk kepentingan masyarakat luas ditentang habis-habisan oleh dunia, khususnya Amerika Serikat dengan alasan akan mengganggu stabilitas keamanan dunia. Kesenjangan itu memicu rasa iri dan kemudian berubah menjadi vandalisme dan akhirnya menebarkan teror terhadap pengguna teknologi nuklir.
Selain solusi diatas, hal yang harus dipupuk di dalam hati seluruh negara-negara di dunia ini adalah kepercayaan terhadapa satu sama lain. Mengapa Amerika Serikat menentang Korea Utara atau Iran mengembangkan teknologi nuklir mereka? Karena Amerika Serikat tidak percaya Korea Utara dan Iran akan menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan yang baik, melainkan untuk mengganggu stabilitas keamanan dunia, atau bahkan untuk menyerang mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap saling percaya antar negara-negara tersebut. Kepercayaan ini dapat dibuat dengan kesepakatan yang dibuat dengan hitam-diatas-putih oleh negara-negara tersebut dengan konsekuensi yang tertulis jelas apabila terjadi pelanggaran. Peran para pemimpin bangsa dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa amat dibutuhkan dalam terwujudnya kesepakatan ini.
28.5.10
18.5.10
Goa
Akhir-akhir ini saya lebih senang untuk tetap diam di kamar daripada berada di luar. Mungkin karena saya ingin membayar waktu saya yang biasanya lebih banyak di luar. Kamar ini disebut goa oleh teman-teman saya. Selain letaknya yang memang dibawah, disini juga agak sulit untuk menerima sinyal. Tak hanya itu, udara di kamar ini cenderung dingin meskipun diluar matahari bersinar terik. Bahkan, saya bisa tetap tahan berselimut disini. Sehingga kalau saya sudah berada di kamar pasti tertidur. Jika sudah tertidur, maka putus hubungan dengan dunia luar. Tidur dengan YM tetap tersambung dan handphone yang sering menampilkan sinyal kosong. Mungkin ini yang menyebabkan teman-teman kesal karena jadi sulit dihubungi. Tak terasa tanggal 5 Juli nanti, akan genap setahun saya tinggal di goa ini.
Tekad saya untuk pindah dari kost yang lama memang sudah bulat. Suasana disana menyenangkan sebetulnya. 10 dari 14 penghuni kost itu adalah mahasiswa tingkat pertama, termasuk saya. Bahkan, 5 diantaranya merupakan teman saya ketika SMA. Suasana disana cukup ramai, apalagi setiap makan pagi dan malam kami lakukan bersama-sama. Benar-benar seperti keluarga. Hidup saya sudah cukup ramai tanpa keberadaan internet dan televisi. Menyenangkan, ramai, dan kekeluargaan. Itulah kata-kata yang bisa menggambarkan kost saya yang lama. Ups, saya lupa, masih ada satu lagi. Jauh.
Ya, kost saya dulu memang jauh. Naik angkot Cisitu-Tegallega sampai angkot itu mencapai tujuan akhirnya, lalu berjalanlah sepanjang jalan setapak kira-kira 10 menit. Jalan menanjak dan menurun? Tenang, justru itu sebagai penanda bahwa anda berada di jalur yang tepat.
Tetapi, rasa lelah itu akan terbayar ketika saya melihat warung mie bakso di dekat kost saya. Yang paling enak adalah jus alpukatnya. Dengan harga segitu, jus alpukat warung ini belum ada yang ngalahin enaknya. Slurp. Sayang setiap hari Jum’at warung ini tutup. Kalau tidak, mungkin sudah 7 hari dalam seminggu saya menyambangi warung ini.
Saya hanya bertahan untuk tinggal selama setahun disana. Memasuki tingkat kedua, saya memutuskan untuk pindah ke tempat ini. Saat ini saya sedang bingung apakah akan pindah atau tetap tinggal disini. Banyak kemudahan yang saya rasakan ketika tinggal disini. Salah satunya karena akses 24 jam yang ditawarkan. 24 jam bebas keluar-masuk kost, 24 jam angkot, 24 jam tempat nge-print dan jilid. Nanti deh, saya pikirkan lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)